Minggu, 08 Mei 2011

Futur

Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun. Kadang pula meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para Muharrik (orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada muharrik. Satu saat ia memilikikondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun dapat mengalami degradasi iman. tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam salah satu haditsnya Rosulullah SAW bersabda : “hati manusia itu bisa berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Lalu sahabat bertanya, “bagaimana cara mengobatinya ya Rasulallah ?”. jawab Rasul : “Membaca Alquran dan ingat mati”. Syarah dari hadits ini mensiratkan satu hal. Iman manusia tidak konstan. Ia dapat berubah. Karena itu dalam hadits yang lain, Rosul menyuruh para sahabat dan kita sekalian untuk selalu memperbaharui iman.
Dalam kondisi iman yang turun ini, para mutaharrik kadang terkena satu penyakit yang membahayakan kelangsungan harakah. Yaitu penyakit futur.

Makna Futur
Secara bahasa Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu bergerak. Juga dapat berarti dalam diam setelah bergerak. Atau : malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh. Penyakit futur ini menimpa orang-orang yang telah bergerak. Ia tidak menimpa orang yang tidak atau belum bergerak.
Berjangkitnya penyakit futur pada diri muharrik dapat menimbulkan beberapa atsar (pengaruh), baik bagi diri muharrik itu sendiri maupun kepada harakah yang tengah berlangsung. Bagi para muharrik, futur menyebabkan sedikitnya simpanan taat yang dimiliki. Padahal, taat merupakan syarat bagi berlangsungnya amal yang ikhlas. Tanpa taat, sulit bagi muharrik melaksanakan program harakah yang notabene tidak pernah mengiminginya dengan balasan duniawi. Bagi harakah sendiri, futur menyebabkan panjangnya jalan yang harus ditempuh. Ini merupakan akibat logis dari tidak mustamirnya amal yang dilaksanakan. Harakah yang tidak mustamir hanya menghasilkan bangunan islam yang juz’iyah (parsial). Bangunan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam kurun waktu tetentu, menjadi terbengkalai karena terhentinya gerak pembangunan.
Terjadinya futur bagi muharrik, sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik dari harokah dan jamaahnya. Hanya malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepeda Allah dengan kualitas terbaik.

Firman Allah : “dan kepunyaan-Nyalah segala apa yang dilangit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tidak pula mersa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya” (QS. Al-Anbiya:19-20).

Karena itu Rasulallah sering berdoa:

Artinya:”Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah,jadikanlah sebaik-baik amalku keridloan-Mu. Ya Allah,jadikahlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu”.

Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang mungkin terjadi bagi muharri, ada beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya :

1. berlebihan dalam din
berlebihan dalam din, dengan pemaksaan diri dalam melaksanakan ibadah, hanya mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Tubuh dan jiwa manusia hanya dapat memikul beban berat untuk satu waktu tertentu. Jika ia didera untuk memikulnya, maka yang terjadi adalah pelanggaran terhadap fitrahnya sendiri. Dalam suatu hadits riwayat anas ra : Prenah datang serombongan sahabat yang terdiri dari tiga orang ke rumah Rasulullah. Mereka menanyakan perihal ibadah Rasulullah kepada istri-istri beliau. Setelah mendengarkan ketekunan ibadah Beliau, sadarlah mereka akan sedikitnya ibadah yang mereka lakukan selama ini. sehingga berkata seorang diantara mereka : “saya akan sholat sepanjang malam. Yang kedua berkata “ saya akan puasa selamanya. Yang ketiga menyambung “ saya akan menjauhi istri dan tidak akan kawin”. Mendengar itu semua, Nabi lalu mendatangi mereka. Seraya berkata : “ demi Allah saya lebih takut kepada Allah dari kamu, bahkan saya lebih bertaqwa. Namun saya berpuasa dan berbuka, saya sholat dan tidur. Juga saya kawin. Barang siapa mengabaikan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:

“ Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan”. (HR. Muslim )

Karena itu, amal yang paling di sukai Allah adalah yang sedikit dan kontinyu.

2.Belebih-lebihan dalam hal yang mubah.

Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat sanagat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebihan dalam makanan menyebabkan seseornag menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini menghalangi untuk berharakah.

3. Memisahkan diri dari jamaah
Jauhnya seseorang dari jamaah membuatnya mudah didekati syaitan. Rasul bersabda : “ Syaitan itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya”. (HR. Ahmad)

Jika syaitan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan hatinya akan melahirkan zhon ( prasangka ) yang tidak pada tempatnya kepadajamaah dan harakah. Jika berlanjut ,hal ini menyebabkan hilangnya siqoh (kepercayaan) kepada jamaah dan harakah.

Dengan jamaah, seseorang akan selalu mendapatkan adanya kegiatanyang selalu baru. Ini terjadi karena jamaah merupakan kumpulan pribadi, yang masing-masing memilii gagasan dan ide baru. Sedang tanpa jamaah seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan. Karena itu imam Ali berkata : “ sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik dari bergemingnya hidup sendiri”.

4. Sedikit mengingat akhirat
Banyak mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingat akan adanya hisab atas setiap amalnya. Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa keinginan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab nanti. Karena itu Rasulullah bersabda : “jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa”.

5. Melalaikan amalan siang dan malam
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu tejaga komunikasi sambung rasa antara ia dengan Allah. ini membuatnya mempersiapkan kondisi ruhiyah yang baik sebagai dasar untuk berharakah. Namun sebaliknya, kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang wajib maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk dikit demi sedikit merenggangkan hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga kondisi ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk berbicara kepada hati. Harakah yang benar, selalu memulainya dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.
Allah berfiman : “Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) Oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS. 24:40)
Barang siapa tidak memiliki (ruh), maka ia tidak dapat memberi.
6. Masuknya barang haram ke dalam perut
7. Tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan.
Setiap perjuangan sunnatullaNya selalau menghadapi tantangan. Al Haq dan Al Bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang Pendukung islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam suatu “fitnah”. Dalam bahasa arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang digunakan untuk menggambbarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya. Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para muharrik. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan shodiqin dan siapa yang kadzib (dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara iatidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi dalam harakahanya. Dan itu membuat futur. Allah Berfiman :
“ Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (QS. 64:14)
8. Bersahabat dengan orang-orang yang lemah
Kondisi lingkungan (biah), dapat menentukan kualitas seseorang. Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana ta’awun dan saling menasehatkan. Sementara teman yang buruk dapat melunturkan hamazah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad. Karena itu Rasulullah bersabda :
“Seseorang atas diri sahabtnya, hendaklah melihat salah seorang diantara kalian siapa ia berteman”. (HR. Abu Daud).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar